BENDUNGAN MENINTING: TANTANGAN DAN HARAPAN DESA SEKITAR
Penulis : Marzuqi, S.A.P.
Lingsar, Radar Rakyat - Air untuk Kehidupan dan Masa Depan Air adalah sumber kehidupan. Dalam konteks pembangunan nasional, pengelolaan air yang efektif menjadi fondasi penting untuk ketahanan pangan, energi, dan keberlanjutan lingkungan. Salah satu wujud nyata dari komitmen pemerintah Indonesia dalam hal ini adalah pembangunan infrastruktur sumber daya air, termasuk Bendungan Meninting di Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.
Bendungan ini dirancang untuk mendukung pengairan pertanian, penyediaan air baku, pengendalian banjir, dan potensi pembangkit listrik mikrohidro. Namun, seperti halnya proyek besar lainnya, pembangunan bendungan juga membawa konsekuensi sosial, ekonomi, dan ekologis bagi desa-desa di sekitarnya. Maka, penting untuk melihat tantangan dan harapan yang menyertai proyek strategis ini, khususnya dari perspektif masyarakat lokal.
Gambaran Umum Bendungan Meninting
Bendungan Meninting terletak di wilayah Kecamatan Lingsar dan Gunungsari, Lombok Barat. Proyek ini merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo, dengan target mendukung sistem irigasi untuk ribuan hektar lahan pertanian serta menambah kapasitas air baku untuk wilayah Mataram, Lombok Tengah dan sekitarnya.
Fungsi utama bendungan ini meliputi:
Irigasi pertanian seluas lebih dari 1.500 hektar.
Penyediaan air baku hingga 150 liter/detik.
Pengendalian banjir untuk wilayah hilir Sungai Meninting.
Potensi PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro).
Tantangan bagi Desa Sekitar
1. Relokasi dan Dampak Sosial
Salah satu tantangan utama adalah relokasi warga dari desa-desa yang terkena dampak langsung pembangunan bendungan. Banyak warga harus berpindah dari tanah kelahiran mereka, meninggalkan rumah, sawah, dan ladang. Proses relokasi memunculkan berbagai persoalan, seperti :
Ketidakpuasan atas nilai ganti rugi lahan.
Penyesuaian di lokasi baru (hunian tetap).
Hilangnya rasa keterikatan dengan tanah adat atau sejarah leluhur.
2. Hilangnya Mata Pencaharian Tradisional
Sebagian besar penduduk di sekitar wilayah bendungan bekerja sebagai petani atau peladang. Ketika lahan pertanian tergenang atau tergeser, banyak warga kehilangan mata pencaharian. Transformasi ekonomi belum sepenuhnya menjawab kehilangan ini.
3. Ketimpangan Informasi dan Partisipasi
Beberapa warga merasa kurang dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, sosialisasi, atau konsultasi publik. Ketimpangan informasi ini bisa memunculkan ketidakpercayaan terhadap pihak pemerintah maupun kontraktor pelaksana.
4. Dampak Lingkungan dan Ekologis
Bendungan juga membawa dampak pada ekosistem sekitar, termasuk flora-fauna lokal, pola aliran sungai, dan potensi longsor di area rawan. Upaya mitigasi belum sepenuhnya dirasakan oleh warga.
Harapan dari Desa Sekitar
Meski menghadapi tantangan, warga desa juga menaruh harapan besar terhadap keberadaan Bendungan Meninting sebagai peluang baru bagi masa depan mereka.
1. Peluang Ekonomi Baru
Warga berharap bendungan bisa membuka lapangan kerja, baik saat pembangunan maupun pasca-operasional. Keberadaan bendungan juga dapat menjadi potensi wisata alam yang dikelola desa, seperti wisata air, camping ground, atau budidaya ikan air tawar.
2. Ketersediaan Air Irigasi dan Air Bersih
Dengan sistem irigasi yang lebih baik, produktivitas pertanian bisa meningkat. Harapan masyarakat petani adalah dapat kembali bertani dengan hasil lebih stabil dan luas lahan yang mencukupi.
3. Akses Infrastruktur yang Lebih Baik
Pembangunan bendungan juga membawa peningkatan akses jalan, jembatan, dan fasilitas pendukung lainnya. Ini bisa memperlancar transportasi hasil tani, akses pendidikan, dan kesehatan warga desa.
4. Komitmen Sosial dan Lingkungan
Masyarakat berharap pemerintah dan pihak pelaksana proyek tetap menjaga komitmen terhadap dampak sosial-lingkungan. Termasuk rehabilitasi hutan, pelatihan keterampilan, dan pemberdayaan masyarakat lokal secara berkelanjutan.
Peran Pemerintah dan Kolaborasi Multipihak
Keberhasilan pembangunan Bendungan Meninting bukan hanya soal menyelesaikan proyek fisik. Kunci keberhasilannya adalah keadilan sosial, keberlanjutan lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat.
Pemerintah perlu memperkuat:
Keterbukaan informasi dalam setiap tahapan proyek.
Pendampingan relokasi dan pelatihan kerja bagi warga terdampak.
Keterlibatan aktif masyarakat lokal dalam pengelolaan pasca-operasional bendungan.
Kolaborasi dengan LSM, perguruan tinggi, serta swasta juga penting untuk mengembangkan potensi desa sekitar menjadi desa mandiri berbasis sumber daya lokal.
Penutup: Menyongsong Masa Depan dari Pinggiran
Bendungan Meninting adalah contoh nyata bagaimana pembangunan infrastruktur dapat menjadi pemantik perubahan besar bagi masyarakat desa. Tantangan tentu tidak sedikit, tetapi harapan akan kehidupan yang lebih baik tetap menyala di hati warga.
Dengan komitmen bersama, transparansi, dan pemberdayaan yang nyata, desa-desa di sekitar Bendungan Meninting bisa menjadi model "Desa Sejahtera" yang tumbuh bersama pembangunan strategis nasional. Dari desa, untuk Indonesia yang lebih maju.