Desa Berdaya sebagai Solusi Membangun Desa di NTB
Penulis: Marzuqi (Camat Lingsar)
Pendahuluan
Pembangunan desa merupakan fondasi penting dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan pemerataan pembangunan di Indonesia. Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan kekayaan budaya, alam, dan potensi sumber daya manusia, memiliki peluang besar untuk mewujudkan visi pembangunan berbasis desa. Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak desa yang menghadapi tantangan serius, seperti rendahnya kualitas SDM, keterbatasan infrastruktur, tingginya angka kemiskinan, dan lemahnya tata kelola pemerintahan desa. Dalam konteks inilah konsep Desa Berdaya hadir sebagai solusi strategis.
Makna Desa Berdaya
Desa Berdaya adalah desa yang mampu mengoptimalkan seluruh potensi yang dimilikinya secara mandiri, kreatif, dan berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kemandirian ini mencakup tiga pilar utama:
1. Pemberdayaan Ekonomi – mengembangkan usaha lokal berbasis potensi desa.
2. Peningkatan Kualitas SDM – membangun kompetensi masyarakat agar mampu bersaing.
3. Penguatan Tata Kelola Pemerintahan – memastikan transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas.
Ketiga pilar ini menjadi kunci untuk mengubah desa dari sekadar objek pembangunan menjadi subjek yang aktif mengelola pembangunan.
Tantangan Pembangunan Desa di NTB
Sebagai salah satu daerah dengan mayoritas penduduk tinggal di pedesaan, NTB menghadapi sejumlah tantangan, di antaranya:
Ketergantungan pada sektor pertanian tradisional yang seringkali tidak memberikan nilai tambah tinggi.
Akses pendidikan dan kesehatan yang terbatas, terutama di desa terpencil.
Tingkat literasi digital yang rendah, yang menghambat adopsi teknologi untuk pengembangan ekonomi desa.
Tingginya angka pengangguran dan kemiskinan, yang berdampak pada kualitas hidup masyarakat desa.
Jika tantangan ini tidak diatasi, maka ketimpangan pembangunan antara desa dan kota akan semakin melebar.
Strategi Mewujudkan Desa Berdaya
Untuk menjadikan desa berdaya di NTB, diperlukan strategi yang terintegrasi, antara lain:
1. Penguatan Ekonomi Lokal
Mengembangkan BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) sebagai motor penggerak ekonomi berbasis potensi lokal, seperti pertanian organik, pariwisata, dan kerajinan tangan.
Mendorong UMKM desa agar mampu menembus pasar regional maupun nasional melalui digitalisasi pemasaran.
2. Pendidikan dan Peningkatan SDM
Menyediakan pelatihan keterampilan berbasis teknologi dan kewirausahaan bagi pemuda desa.
Mengoptimalkan program pendidikan nonformal, seperti kursus dan pelatihan, agar masyarakat siap bersaing di era digital.
3. Penguatan Tata Kelola Pemerintahan Desa
Menerapkan sistem informasi desa untuk meningkatkan transparansi anggaran dan pelayanan publik.
Melibatkan masyarakat dalam setiap proses pengambilan keputusan melalui musyawarah desa.
4. Pemanfaatan Teknologi Digital
Mengembangkan desa digital dengan internet terjangkau, layanan publik online, dan platform e-commerce untuk produk desa.
Memberdayakan pemuda desa sebagai agen digitalisasi.
5. Kolaborasi Multipihak
Membangun kerja sama antara pemerintah daerah, dunia usaha, perguruan tinggi, dan masyarakat dalam bentuk program pemberdayaan terpadu.
Manfaat Desa Berdaya
Jika strategi ini dijalankan dengan baik, maka Desa Berdaya di NTB akan memberikan dampak nyata:
Meningkatnya pendapatan masyarakat melalui ekonomi berbasis potensi lokal.
Berkurangnya pengangguran dan urbanisasi karena desa mampu menyediakan lapangan kerja.
Terciptanya desa mandiri dan berkelanjutan, yang tidak bergantung pada bantuan pemerintah semata.
Meningkatnya kualitas hidup masyarakat desa, baik dari sisi ekonomi, pendidikan, maupun kesehatan.
Kesimpulan
Desa Berdaya bukan sekadar jargon, tetapi sebuah kebutuhan untuk memastikan pembangunan yang adil dan merata. NTB dengan segala potensinya memiliki peluang besar untuk menjadi percontohan desa-desa berdaya di Indonesia. Melalui sinergi antara masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta, konsep ini dapat diwujudkan secara nyata. Saat desa berdaya, maka daerah akan maju, dan Indonesia akan semakin sejahtera.